Rabu, 21 Januari 2009

Yahudi dalam al-Quran


Oleh: Asep M Tamam*

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.

Bagi mereka yang memilki pandangan objektif, surat al- Maidah [5] ayat 82 ini memberikan klarifikasi tentang siapa bangsa Israel dan apa hakikat agama Yahudi; dua variable yang sejak akhir Desember 2008 hingga sekarang ini, menguras perhatian bukan hanya para penganut agama-agama, tapi juga warga negara berbagai bangsa. Bangsa Israel yang beragama Yahudi (Judaisme) menggempur tempat-tempat yang diklaim sebagai markas HAMAS tanpa mengindahkan teriakan-teriakan pedas dari penghuni berbagai belahan dunia.

Setidaknya, ada tiga term dalam al- Quran yang ketiganya menunjukkan satu objek; Bani Israil, Yahud dan Alladziina Haaduu. Bani Israel menunjukkan bangsa Israel sebagai sebuah bangsa secara keseluruhan, lalu Yahud menunjukkan penganut agama Yahudi yang selalu dikonotasikan negatif karena desposif dan destruktif (selain ayat ini, lihat juga surat al- Maidah [5] ayat 18, 58 dan 64), sementara Alladziina Haaduu menunjukkan beberapa di antara penganut Yahudi yang berakhlak baik dan memegang teguh nilai-nilai keluhuran misi agama.

Dalam tafsir al- Misbah (volume 3 hal. 178-181), M. Quraish Shihab menegaskan bahwa ayat ini tidak dapat dijadikan ukuran untuk menggeneralisir orang Yahudi sebagai golongan yang begitu kuat membenci Islam dan umatnya. Dari berbagai tafsir yang beliau baca, hanya tafsir al- Alusi saja yang menyebutkan secara tegas bahwa khitab (arah penunjukkan) dari ayat ini adalah untuk semua orang Yahudi. Selain al- Alusi, para pakar tafsir lainnya sama mengecualikan beberapa orang di antara mereka yang selalu menjaga hubungan baik dengan umat Islam.

Kebencian yang menyejarah

Kebencian dan permusuhan umat Yahudi terhadap umat Islam adalah wujud dari sikap dengki mereka pada Nabi Muhammad saw. dan umatnya. Mereka tak rela nabi terakhir dan terbesar untuk seluruh umat manusia itu lahir dari bangsa Arab, bangsa yang mereka pandang hina dan rendah (QS. Al- Baqarah [2]:105). Orang-orang Yahudi tahu bahwa nabi Muhammad adalah rasul terakhir yang dijanjikan seperti yang terdapat dalam Taurat dan Injil, (QS. Al- Baqarah [2]: 146 dan Al- An’am [6]: 20), tapi mereka mendustakannya dengan berbagai macam cara.

Selain karena kedengkian, permusuhan mereka terhadap umat Islam disebabkan pula oleh keyakinan bahwa mereka tercipta sebagai the Choosen People atau bengsa terpilih. Taurat telah tegas menyatakan bahwa mereka adalah bangsa termulia dari semua bangsa yang ada. Dalam al-Quran, pengakuan mereka direkam dalam QS. Al- Maidah [5]: 18. Karena perasaan berlebihan tentang keunggulan mereka atas semua bangsa lain itulah maka dalam beberapa minggu ini kita menjadi saksi, bahwa mereka tidak akan mau untuk tunduk pada hukum bangsa lain, PBB sekalipun. Ketika semua mata menyaksikan kebiadaban Israel atas rakyat Palestina tak lagi bisa dihentikan, lalu beberapa pemimpin negara Arab pun seolah tak tahu apa yang tengah terjadi (Saudi Arabia, Mesir dan Tunisia), maka sempurnalah keangkuhan dan kecongkakan mereka. Mereka meyakini, bila pun harus masuk neraka atas kejahatan yang dilakukan ini, mereka akan masuk neraka hanya untuk beberapa hari saja, (QS. Al- Baqarah [2]: 80 dan Ali ‘Imran [3]: 24).

Kedengkian lainnya, juga ditunjukkan orang Yahudi terhadap umat Islam secara nyata dikarenakan ambisi duniawi yang melebihi batas. Bila umat Islam melakukan sesuatu, pertimbangan yang mereka tempuh selalu mengacu pada azas kebaikan dan kebenaran. Nilai-nilai agama kemudian selalu menjadi acuan kehati-hatian sebelum perbuatan itu dilakukan. Bagi orang Yahudi, kelebihan yang mereka miliki; kecerdasan, keseriusan dalam melakukan tugas dan misi, ambisi untuk menjadi yang terbaik, terkaya, terhebat, tersukses dan paling berkuasa selalu dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Mereka begitu rakus dan serakah. Bagi mereka, kehidupan dunia adalah segalanya, (QS. Al- Baqarah [2]:96).

Karena kebencian terhadap umat Islam yang demikian menyejarah ini, tak segan-segan orang Yahudi menghapus berbagai keterangan-keterangan Taurat yang menjelaskan keagungan Muhammad dan ayat-ayat lain yang bertentangan dengan misi mereka untuk menjadi ‘tuan’ bagi seluruh penghuni dunia, (QS. An- Nisa [4]: 46 dan Al- Maidah [5]: 13). Tak hanya itu, kepongahan mereka ketika berhadapan dengan kebenaran yang bertentangan dengan ambisi besar dan obsesi duniawi, mereka akan membohongkan kebenaran itu, walaupun yang membawa ajaran kebenaran itu adalah para nabi dari golongan mereka sendiri. Untuk itu, mereka tak akan segan-segan membunuh para nabi itu,? (QS. Al- Baqarah [2]: 87).

Pelajaran paling berharga

Bila dalam bulan ini kita menyaksikan kebandelan orang Yahudi yang sudah tidak lagi menghargai PBB sebagai institusi representatif dari suara penghuni alam raya, maka apa yang terjadi dahulu, di zaman nabi saw., kebandelan itu lebih-lebih lagi. Karena telah merasa terhalangi oleh Allah swt. dalam mengejar ambisi duniawi, mereka telah berani melawan Allah swt. dan mengatakan bahwa Allah itu faqir, sementara mereka kaya (QS. Ali ‘Imran [3]:181), tak hanya itu, mereka pun bahkan telah berani untuk mengatakan bahwa tangan Allah swt. terbelenggu (QS.al- Maidah [5]: 67).

Penjelasan dan informasi Al- Quran tentang hakikat orang yahudi, diyakini sebagai kekuatan utama umat Islam sehingga mampu menangani dan mengalahkan umat Yahudi di masa Rasulullah saw. Kekuatan umat Islam mempertahankan kekuasaan atas kaum yahudi kemudian berlanjut hingga 14 abad lebih, yaitu hingga pertengahan abad 20. Bila saat ini, umat Islam begitu saja menjadi bulan-bulanan umat yahudi, menjadi mangsa empuk dari rudal, bom dan peluru orang Yahudi, maka berarti ada penyakit yang melanda umat ini. Penyakit ini tak lain karena kondisi umat Islam sekarang berbeda dengan kondisi 14 abad sebelumnya. Al- Quran, nampaknya tidak lagi dipedomani, sementara ambisi duniawi dan kepentingan sesaat yang dulu diperagakan umat Yahudi, kini justeru dipegang teguh umat Islam.

Cobaan yang Allah swt. timpakan pada umat Islam saat ini, adalah pembelajaran paling berharga agar para pemimpin Islam di seluruh dunia kembali berfikir untuk menghadirkan semangat persatuan, kebersamaan, dan kembali berpegang teguh pada nilai-nilai al- Quran, nilai-nilai yang bisa mengembaliakan kejayaan umat Islam, umat yang menjadi pembawa rahmat bagi alam semesta.

Wallaahu min waraa al- Qashd

Penulis adalah ketua jurusan Pendidikan Bahasa Arab Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) dan dosen STAI Tasikmalaya.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO