Rabu, 21 Januari 2009

Sejarah Jatuh Bangun Bangsa Israel


Oleh: Asep M tamam*

Warna dua tahun baru (Masehi dan Hijriyah) tahun ini benar-benar tercoreng oleh agresi militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina. Hari ini, sudah sepekan lebih kita tak pernah melewatkan berita kebiadaban Israel yang disinyalir merupakan agresi terbesar dalam 40 tahun ke belakang, Sampai tulisan ini dirilis, lebih dari empat ratus enam puluh warga Palestina tewas (seratus orang lebih di antaranya warga sipil dan tiga puluh orang lebih adalah anak kecil) dan ribuan warga lainnya terluka. Warga dunia Islam meradang, laknat dan kutukan dari berbagai belahan planet bumi terus mengalir. Berbagai elemen umat Islam dan organisasi massa di Indonesia tak ketinggalan mengungkapkan kebencian mereka terhadap bangsa Israel dengan berbagai cara. Sementara itu, PBB —seperti biasanya— selalu saja gamang, George Bush ‘berjingkrak-jingkrak’, dan Barrack Hossein Obama bersembunyi entah di mana.

Membuka dan membaca lembaran negeri Israel, sama seperti membuka sebuah buku sejarah tebal dengan seribu persaingan dan pertentangan serta sejuta konflik juga dendam, tanpa ada kata penutup atau epilognya. Bagaimana tidak, sejak meninggalnya nabi Sulaiman, 932 SM, sejarah Israel terus bergulir, lembaran demi lembarannya menyiratkan warna kelam akan sebuah suku bangsa yang di dalam urat-urat tubuhnya mengandung darah permusuhan, kebrutalan dan pembunuhan massal.

Bangsa Israel memang cerdas

Suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa Orang Israel telah diberi keutamaan oleh Allah dalam hal kognisi keilmuan Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa (QS. Al- Dukhan [44]: 32). Bagi mereka bangsa Israel sendiri, pengakuan Alquran tentang kelebihan mereka (selain ayat di atas, juga al- Baqarah [2]: 47 atau al- A’raf [7]: 140) tak dirasa aneh karena dalam kitab suci Taurat ditegaskan bahwa mereka adalah bangsa terpilih (The Chosen people). Dalam pasal ulangan [7] ayat 6 disebutkan, “hanya kamu yang dipilih oleh Tuhan supaya menjadi bangsa yang paling istimewa dan mengatasi semua bangsa”.

hegemoni Israel dalam berbagai aspek kehidupan global, demikian Rakhmat Zaenal dalam bukunya Makelar Dongeng Holocoust, Catatan Perjalanan dari dalam Israel (2006) dikarenakan otak mereka yang memang di atas rata-rata warga dunia. Oleh karenanya, A. Maheswara terusik untuk menulis buku Rahasia kecerdasan Yahudi (2007). Dari pencariannya tentang kecerdasan orang-orang Yahudi, ternyata didapatkan data-data yang mencengangkan. Maka dari itu pulalah kita tak merasa aneh ketika menangkap informasi bahwa mereka adalah hegemoni dari berbagai bidang perhelatan dunia.

Bangsa Israel adalah pelajar sekaligus pengajar dalam sejarah panjang mereka. Mereka belajar dari orang-orang Mesir, Kanaan, Babilonia, Yunani, Phartian, Romawi dan Arab serta kepada setiap umat dalam keadaan apapun. Maka hari ini, kita mendapatkan mereka merajai arena politik, ekonomi, sains, sastera, musik, ilmu fisika, kimia, kedokteran dan lain-lain.

Sejak lebih dari seratus tahun yang lalu, ilmuan-ilmuan Yahudi (dari sekitar 14 juta orang penduduknya) telah meraih 25 hadiah nobel. Sementara itu, baru 3 hadiah nobel yang diraih oleh lebih dari 1,4 miliar warga muslim dunia. Totalnya, sekitar 32 persen hadiah nobel yang telah terbit diraup warga Israel. Gambaran tentang kecerdasan Yahudi ini, di Amerika saja,

tepatnya di New York, pada tahun 1954 terungkap, di lingkungan sekolah yang ada di sana, dari 28 siswa yang memiliki IQ di atas point 170, 24 orang diisi orang Yahudi.

Orang-orang Yahudi percaya bahwa daya tahan hidup mereka tergantung pada kecerdasan mereka. Di Eropa, selama berabad-abad lamanya orang-orang Yahudi menyeleksi pasangan hidup dan menggabungkan berbagai gen untuk menghasilkan anak yang cerdas. Selain itu, DR. Marian Diamond dari University Of California, di tahun 80-an meneliti faktor pembangun kecerdasan mereka dan menemukan sebuah kesimpulan bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam menstimulasi kecerdasan orang-orang Yahudi. Lingkungan hidup orang Yahudi biasanya dipastikan merupakan lingkungan yang mengharuskan anak-anak mereka menjadi yang terbaik dan terpintar. Satu hal lagi, bangsa Israel adalah bangsa yang tidak suka dan tidak akan mau melakukan pekerjaan yang sia-sia. Tidak ada bangsa lain di dunia ini yang mengembangkan budaya seperti ini selain bangsa Israel.

Bukti kecerdasan Israel

Selain dipilih sebagai ‘pemborong’ hadiah nobel, orang-orang Israel tersebar dan menjadi leader di berbagai sektor dan menguasai arah kebijakan publik di berbagai negara Eropa dan terutama di Amerika. Hanya ada 14 juta orang Yahudi di dunia ini. Sekitar 7 juta orang hidup di Amerika, 5 juta orang di Asia, 2 juta orang di Eropa dan 100.000 orang di Afrika. Selalu ada satu orang Yahudi di antara 100 orang muslim, tetapi orang-orang Yahudi selalu lebih berkuasa dibanding orang-orang muslim.

Lebih dari dua puluh penemu di abad 20 lahir dari lingkungan Yahudi seperti Albert Einstein, Sigmund Freud, Leonard Bernstein, Saul Bellow dan lain-lain. Pebisnis tingkat dunia yang produksinya sangat akrab dengan badan, lidah dan tangan kita pun; Polo, Levi’s Jeans, Starbuck’s, Google, Dell Computers, Dunkin Donuts dan lainnya adalah produk mereka. Selain itu, beberapa rektor di berbagai perguruan tinggi di Amerika dan Eropa, para pejabat penting di berbagai negara adalah juga penganut Yahudi. Bahkan, beberapa presiden dan perdana menteri di berbagai belahan dunia adalah orang Yahudi.

Kecerdasan dan kepandaian mereka pun terbukti dengan wara-wirinya pesohor dunia yang menguasai suara dan opini publik. Di Amerika, hampir 90 persen pekerja film; sutradara, produser, editor, aktor, aktris dan para krunya adalah orang-orang Yahudi. Tidak hanya itu, orang-orang Yahudi pun memperkuat pengaruhnya lewat dominasi kantor berita. The New York Time, The Wahington Post (Amerika), The Times, The Daily Exspress, The Daily Mail, The Mirror (Inggris), Reuters dan lebih dari 40 kantor berita lainnya di dunia adalah milik Yahudi. Di samping itu, mereka pun telah berhasil menguasai media massa cetak. Di tahun 1956, orang-orang Yahudi telah memproduksi lebih dari 800 surat kabar yang terbit di seluruh dunia. Target mereka tak lebih agar opini-opini dunia dikuasai. Dari kekuasaan Yahudi yang menggurita di berbagai sektor ini, tak ayal membuat meraka kaya raya. Seorang Filantropis dunia, George Soros adalah penguasa bisnis dunia yang berafiliasi Yahudi. Bagi orang Yahudi, kekayaan itu baik dan kemiskinan itu tragis.

Melalui jaringan informasi dan media komunikasi inilah Yahudi berhasil menciptakan citra negative terhadap Islam. Maka hari ini, telinga kita, mata dan lidah kita begitu akrab dengan term ‘Islam Fundamentalis’, ‘Islam teroris’ dan lain-lain. Propaganda yang dilancarkan begitu gencar sehingga orang Islam yang bodoh bisa jadi pobia terhadap agamanya sendiri.

Dari kekuasaan Yahudi yang menggurita di berbagai sektor ini, tak ayal membuat meraka kaya raya. Seorang Filantropis dunia, George Soros adalah penguasa bisnis dunia yang berafiliasi Yahudi. Demikian juga para penguasa bisnis dunia yang lainnya, mereka bahkan begitu bangga dan merasa menjadi pemenang ketika produk-produk mereka menjadi pakaian, asesoris, kosmetik, bahkan makanan favorit yang dikonsumsi warga muslim di berbagai negara di dunia. Bagi orang Yahudi, kekayaan itu baik dan kemiskinan itu tragis.

Tentang target akhir mereka dari ambisi dan berbagai obsesi yang dijalaninya di abad modern sekarang ini, Prof. DR. Ahmad Syalabi dalam bukunya Al- Yahud mendapatkan naskah rahasia yang sampai juga di tangannya tentang titik akhir gawe mereka dalam teks berikut, “Kita akan menemukan produk-produk Yahudi pada setiap perubahan pemikiran dan bisnis apapun. Baik secara terang-terangan ataupun tersembunyi. Maka dari itu, sejarah Yahudi harus terus berjalan, sejalan dengan sejarah dunia dalam segala bidang.“ Untuk misinya ini, dari dahulu sampai sekarang strategi yang digunakan Israel adalah ‘spionase’. Ketika kaum Yahudi bermaksud membunuh Isa AS, mereka mempercayakan dan membayar Yahuda al- Iskharyuthi untuk terus memata-matai Isa AS. Yahuda lalu bersekongkol dengan beberapa kelompoknya dan menyuruh mereka menangkap siapapun yang dipeluknya di sebuah tempat yang direncanakan dengan cirri-ciri Isa yang ia jelaskan sendiri di hadapan kelompoknya. Ia pun lalu pergi ke tempat persembunyian Isa dan terjadilah apa yang terjadi.

Di zaman nabi SAW, orang-orang Yahudi pun mengutus beberapa orang untuk masuk Islam dan menjadi mata-mata untuk kepentingan licik mereka. I antara mereka yang masuk Islam adalah Dais, Sa’ad bin Hanif, Zaid al- Lashit, Rafi’ bin Harimillah, dan lainnya. Khusus tentang Rafi’ ini, nabi SAW pernah bersabda pada hari meninggalnya, “Hari ini seorang munafik besar telah meninggal”. Mereka menggunakan Mesjid dan tempat-tempat belajar sebagai majelis mereka agar bisa mengetahui berita-berita dan strategi-strategi kaum muslimin, lalu memberitahukannya kepada kelompok Yahudi, atau bahkan kepada usuh-musuh Islam yang lain seperti kaum musyrikin.

Di kehidupan modern sekarang ini pun, orang Yahudi selalu menyebarkan mata-matanya di setiap negara. Tak ada satu Negara pun luput dari intaian mereka. Seringnya umat Islam lupa dan lalai akan karya mereka yang menyesatkan, hasil mata-mata mereka yang terorganisir rapi. Di beberapa Negara Arab, kelompok mata-mata Yahudisemakin berkembang dan intens berkumpul. Laki-laki atau perempuan dilatih khusus dengan perangkat teknologi tercanggih, dan diajarkan juga sandi-sandi rahasia yang hanya mereka saja yang tahu. Mereka mempunyai interkoneksi yang kuat dengan pusat-pusat Yahudi di Itali, Jerman, Inggris, Amerika dan kekuatan Yahudi lainnya di berbagai belahan bumi.

Kecerdasan yang membiadabkan

Orang Yahudi, walaupun diberikan kelebihan otak yang membuat mereka berkuasa — apakah tampil langsung ataupun di belakang layar— tapi mereka tidak menerapkan etika dan moral dalam misinya. Walaupun hampir mayoritas penulis, dalam berbagai tulisannya sepakat menggambarkan dan memuji kecerdasan dan keterlibatan mereka di berbagai sektor, (orang Indonesia sendiri, ketika mengungkapkan kekaguman dari apa yang mereka lihat, dengar dan cicipi selalu menyebut kata YAHUD!) tapi mereka selalu saja menjadikannya sebagai pengantar dari tujuan utama penulisan itu, yaitu mengungkap kebiadaban, kebrutalan dan kemiskinan mereka akan nilai-nilai moral.

Ketika orang-orang Yahudi menyebutkan bukti keutamaan ras mereka dengan kehadiran hampir semua nabi dari golongan mereka, alegasi itu dibantah dengan pendapat para pemikir Islam, bahwa diutusnya banyak nabi dalam sejarah mereka dikarenakan kejahatan, kebiadaban dan amoralitas hidup mereka yang sudah melewati batas kewajaran. Hal demikian menyebabkan dibutuhkannya kehadiran banyak nabi yang mengarahkan mereka kepada keluhuran moral.

Karena mereka menganggap diri sebagai bangsa yang paling mulia, maka mereka tak pernah akan tunduk dengan undang-undang dan hukum bangsa lain. Buktinya, seminggu ini saja, ketika masyarakat dunia, termasuk PBB yang terkesan “banci”, mengungkapkan kutukan dan mendesak agar menghentikan serangan ke Gaza, orang-orang Yahudi menganggap suara itu sebagai “lagu merdu” dan angin lalu, bagai pribahasa anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.

Dalam sejarah panjangnya, Israel adalah bangsa yang lekat dengan berbagai sifat buruk yang selalu saja menghapus nilai-nilai kemanusiaan mereka. Ide-ide yang mereka usung adalah menaklukkan dunia dan lalu menjadi tuannya, dan itu dilakukan tanpa mengindahkan atruran moral yang disepakati umum. Mereka tamak, licik, sombong, pendendam dan pengecut. Dalam setiap zamannya, meraka selalu jadi benalu dalam peradaban karena mereka licik ketika lemah dan bengis ketika berkuasa.

Kecerdasan mereka yang dibalut sifat licik, ambisius dan angkuh ini, selalu membuat mereka tak akan berhenti menghancurkan musuh-musuhnya. Dan, musuh mereka hari ini adalah Islam dan semua umatnya di seantero dunia. Ketika dalam beberapa dekade —sampai hari ini— Yahudi menyerang umat Islam dengan serangan pemikiran dan budaya, dan serangan ini cukup berhasil, maka dengan dukungan ‘setan-setan’ Amerika dan sekutunya yang punya kepentingan ideologi, budaya dan sejarah mereka menyangkut kebencian terhadap Islam, mereka hari ini menyerang umat Islam secara fisik. Dan, umat Islam (termasuk di dalammya Liga Arab) ternyata tak punya cukup tenaga untuk menghadang dan menghalaunya, setidaknya sampai hari ini. Namun, The Show must go on, bumi terus berputar dan segala sesuatu masih mungkin terjadi.

Masa lalu dan masa depan Israel

Tahun 1939-1945, atau semasa perang dunia II, bangsa Yahudi dibantai tentara Nazi, Jerman. Enam juta warga Yahudi tewas dan dunia menyaksikan, negeri Israel menjadi crematorium perang dunia II. Kini, kesedihan mana lagi yang lebih kita rasakan ketika Palestina, dengan berjuta umat Islam di dalamnya, menjadi crematorium dari kebiadaban tentara Israel.

Ketidakadilan global yang tersaji dari berbagai liputan berita media massa dalam sepekan ini, memunculkan pertanyaan, kenapa dendam orang Yahudi yang dibunuh tentara Jerman harus ditumpahkan kepada orang-orang Islam? Setidaknya, ada seorang pemimpin Islam dunia yang lantang menyuarakan pertanyaan serupa, Mahmud Ahmadinejad (lihat Ahmadinejad, Muhsin Labib dkk, 2006 h. 166-190).

Bila dirunut sesuai perjalanan sejarah, kejadian yang menimpa orang-orang Yahudi ini seperti cerita dalam sinetron. Pemeran antagonis selalu muncul sebagai pemenang di awal-awal cerita, namun kalah dan hancur lebur di akhir cerita. Ibaratnya, orang-orang Yahudi saat ini sedang memerankan peran cerita di tengah perjalanannya. Cerita itu sendiri diawali tanggal 29 November tahun 1947, ketika itu Israel resmi diakui PBB sebagai sebuah negara dan 14 Mei 1948, Chaim Weizmann dilantik sebagai presiden. Akhir dari cerita itu masih kita tunggu, di mana Israel lagi-lagi harus menanggung malu mengakhiri cerita sebagai pecundang.

Di zaman nabi SAW, orang-orang Yahudi Medinah betul-betul bertekuk lutut di hadapan beliau. Mereka yang tergabung dalam klan Bani Nadzir, Bani Qainuqa, Bani Quraizhah, Bani Mushthaliq, dan Khaibar dibuat kocar-kacir. Sebagian diusir karena menjadi duri dalam daging bagi keberlangsungan dakwah suci nabi, sebagian lagi dibunuh karena penghianatan yang di luar batas kewajaran, dan sebagian lainnya diperangi sampai menyerah.

Jauh sebelum itu, setelah kematian nabi Sulaiman AS. 932 SM, bangsa Yahudi pernah dihancurkan Raja Babilonia, Nabukadnezar pada tahun 587 SM. Selain menghancurkan Yerussalem dan sekitarnya, penakluk dari Babilonia itu juga membunuh warga Israel dan memboyong sebagiannya ke Babilonia untuk dijadikan budak. Dijadikannya warga Israel sebagai udak ini, tak berbeda dengan kisah mereka di zaman Musa, beberapa abad sebelum kelahiran Sulaiman, di mana bangsa Israel menjadi budak raja-raja Mesir sekitar lima abad lamanya. Tahun 70 Masehi, bangsa Israel juga dibinasakan oleh pasukan Romawi atas perintah raja mereka, Titus. Karena kebencian yang mendalam dari orang-orang Romawi terhadap Yahudi yang melampaui batas dalam mengungkapkan kebenciannya terhadap yesus (konon, setelah mereka menyalib Yesus, kayu salibnya mereka lemparkan ke sampah), penguasa Romawi memerintahkan untuk melenyapkan samasekali sisa-sisa keyahudian yang masih terdapat pada bait al- Maqdis.

Karang Suci atau Sakhrah yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi lalu ditimbun dengan sampah dan kotoran. Semua sisa-sisa kaum Yahudi yang terdapat di masjid al- Aqsha dihancurkan. Satu-satunya hal yang tersisa hanyalah sebuah tembok yang oleh bangsa Israel disebut ‘Tembok Ratapan’ (Wailing Wall). Tempat itulah yang sekarang merupakan tempat paling suci di kalangan kaum Yahudi dan merupakan tujuan kunjungan terpenting bagi mereka .

Pada tahun 1506 M, ketika pemerintahan Spanyol di bawah kekuasaan Ratu Isabella, bangsa Yahudi pun diusir dari Spanyol dan Portugal. Acara pengusiran itu dibarengi dengan penyembelihan bangsa Yahudi yang dalam literature Barat dikenal sebagai penyembelihan paling berdarah.

Penghancuran demi penghancuran yang dilakukan terhadap bangsa Yahudi ini, telah dijelaskan dalam Alquran surat al- Isra [17]: 4-8. Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”

namun janji dan ancaman Allah SWT untuk mereka yang tertuang dalam beberapa ayat tersebut, nyatanya tidak sedikitpun membuat bangsa Israel hari ini menjadi jera. Kebiadaban-kebiadaban serupa masih saja terjadi dan apa yang terjadi di jaman dulu, levelnya bahkan lebih tidak manusiawi yaitu mereka membunuh para nabi (QS. Al- Baqarah [2]: 61, Ali Imran [3]: 21 dan 112)

Satu hal yang kita yakini, bahwa kebenaran dari janji Allah ”Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman” (QS. Al- Isra [17]: 8) pasti akan terjadi. Bangsa Israel, hari ini tengah show of force. Hal ini akan berlaku sementara karena di belakang mereka ada setidaknya dua kekuatan besar dunia, Amerika dan Inggris yang dalam sejarah modern bangsa Israel turut andil dalam melahirkan dan membesarkan mereka. Ketika dukungan dari luar hilang, mereka adalah bangsa yang tidak berani menyongsong maut, mereka hanya berani melawan bangsa-bangsa kecil yang tak berdaya.

Cerita bangsa Israel memang cerita unik yang untuk umat Islam sangat memuakkan. Semua pemikir Islam sepakat bahwa mereka adalah Trouble Maker yang meramaikan dunia dengan berbagai kekacauan ibarat Syetan, mereka terus merongrong kehidupan berbagai bangsa, membuat masalah, lalu menang, setelah menang mereka sombong dan melampaui batas, Tuhan lalu menghukum mereka dan mereka pun hancur lebur, berbalut malu dan semua cerita berputar lagi dari awal, terus berputar dan begitulah seterusnya.

Wallaahu min waraa al- Qashd

Daftar Bacaan

A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi (Jogjakarta: Pinus, 2008)

Abdullah ath- Thail, DR., Judzur al- Bala terj. (Jakarta: Mihrab, 2008)

Ahmad al- Syirbashi, Yasaluunaka fi al- Diin wa al- Hayat, (Beirut: Dar al- Jail, tt, Vol. I)

Ahmad Syalabi, Prof. DR., Al- Yahud terj. (Jogjakarta: Arti Bumi Intaran, 2006)

Abu Ridha, Rencana Zionis Melumpuhkan Shahwah Islamiyah (Jakarta: Midfa’Graph,1995)

Fuad bin Sayyid al- Rifa’i, DR., Al- Nufuudz al- Yahuudy fi al- Ajhizah al- I’laamiyah wa al- Muassassaat al- Dauliyah terj. (Jakarta: Gema Insani Press, 1987)

M. Quraisy Syihab, Tafsir al- Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

Michael Keene, World Religions terj. (Jakarta: Kanisius, 2006)

Mujahid Abdul Manaf, Drs., Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: Rja Grafindo Perkasa, 1995)

Muhsin Labib dkk, Ahmadinejad (Bandung: Hikamah Poopuler, 2006)

Nurcholis Madjid dkk, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam (Jakarta: Temprint, 1996

Rakhmat Zaenal, Makelar Dongeng Holocoust (Solo: Inter media, 2006)

*Makalah dipresentasikan pada diskusi mahasiswa yang diselenggarakan FORMASI (Forum Mahasiswa Islam) IAIC Cipasung, Rabu 07 Januari 2009

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO