Senin, 26 Januari 2009

siklus sejarah yahudi dan politikus busuk

Oleh: Asep M. Tamam*

Jauh sebelum pendaftaran caleg kita dimulai setahun yang lalu, beberapa LSM dan para pengamat politik di tanah air melempar wacana ‘politikus busuk’. Berbagai kampanye pun mengumandang untuk tak memilih politikus busuk. Hari ini, setelah Daftar Calon Tetap (DCT) sudah dirilis, wacana politikus busuk seolah menghilang tertelan waktu. Para caleg yang busuk dan yang masih segar lalu berbaur dan sulitlah bagi rakyat untuk memilah. Laksana kentut, politikus busuk ada dan terendus tapi tersembunyi dan tak terlihat.

Ramainya suasana kampanye dengan spanduk dan baligo yang mengumuhi jalan-jalan raya, hari-hari ini seakan tersunyikan oleh berita penyerangan aggressor abadi yang bernama Israel tehadap Palestina. Negara Islam Palestina yang sejak 15 abad lalu berada di bawah naungan umat Islam, disinyalir akan lenyap dan berubah menjadi negara Israel, lalu segera menjadi pusat berkumpulnya 14 juta warga Yahudi yang hari ini tercecer di berbagai belahan dunia.

Dominasi berita penyerangan tentara Israel ke Gaza, tak lantas menyantaikan langkah para caleg karena bulan April tinggal terhitung hari. Setelah semua kepala daerah menegaskan agar penempatan baligo dan spanduk di tempat-tempat yang legal, nyatanya spanduk dan baligo semakin mengganggu pemandangan. Berlebihannya kampanye yang dilakukan para caleg semakin mantap menggambarkan hawa nafsu mereka untuk menjadi anggota dewan semakin tak terkendalikan.

Siklus sejarah Yahudi
Sejak kehadiran bangsa Israel 4000 tahun lalu (Michael Keene, 2004), bangsa Israel telah begitu kenyang melewati babak demi babak yang terus berlangsung dan lantas menjadi siklus. Kehidupan pertama yang dilewati di Mesir —setelah Yaqub bersama anak-anaknya pindah dari Kanaan (sekarang Hebron, tempat Ibrahim dan Ishaq bermukim dan wafat) ke Mesir di masa Yusuf— dilalui dalam babak di mana mereka menjadi budak tujuh abad lamanya, sampai kedatangan Musa. Ketika semua bangsa Israel melewati hari kebebasan (passover) di tangan Musa, babak baru sebagai bangsa merdeka mereka lewati di Kanaan.

Setelah Musa as. meninggal, kaum Yahudi mengembara empat abad lamanya, hingga datanglah masa Dawud as., masa keemasan kaum Yahudi. Dawud dengan pasukan Bani Israil menguasai Kanaan bahkan Palestina secara keseluruhan. Di bukit Zion (gerakan mengembalikan tanah Palestina lalu disebut Zionis) ia mendirikan istana. Zaman keemasan itu pun dilanjutkan oleh putranya, Sulaiman yang kemudian membangun istana mewah (Solomon Temple) di bukit Moriah. Di bukit inilah Ibrahim, seperti diyakini umat Yahudi menyembelih Ishaq. Sementara. Umat Islam meyakini bahwa di batu besar (qubbat al- Sakhrah) yang terdapat di atas bukit ini, Nabi Muhammad menginjakkan kakinya ketika mi’raj dari Masjid al- Aqsha ke Sidrat al- Muntaha.

Siklus itu terjadi sepeninggal Sulaiman. Ketika kedurhakaan mereka tak terkendali, Kuil Sulaiman (The First Temple) yang megah itu dihancurkan kerajaan Babilonia atas titah raja Nebukadnezar, 587 SM. Sama seperti ketika mereka menjadi budak di tangan orang Mesir beberapa abad lamanya, di tangan kerajaan Babilonia pun mereka melewati siklus menapaki Era of Captipity, masa perbudakan. Ketika di awal tahun Masehi kerajaan dunia di bawah kerajaan Romawi, lagi-lagi siklus itu terulang. Istana megah yang dibangun raja mereka Herodus dihancurkan tentara Romawi atas perintah raja Titus pada tahun 70 M. Menurut Prof. DR. Nurcholis Madjid (1996), dua penghancuran inilah yang dijelaskan dalam al- Quran QS. Al- Isra [17]: 4-8.

Dengan dua kali penghancuran ini, kebesaran Yahudi pun lalu terpadamkan untuk kemudian mereka harus memulai lagi babak yang baru. Begitulah seterusnya hingga sejarah mencatat, mereka selalu mendapat kesempatan untuk memulai dari awal, beradaptasi, lalu menguasai atau minimal berlindung di bawah ketiak bangsa penguasa dunia, kemudian mereka memanfaatkan saat-saat itu untuk melampiaskan watak biadab mereka dan pada saatnya berujung pada akhir episode, mereka dihancurkan sesuai dengan firman ilahi QS. Al- Isra [17]: 8.

Politikus busuk
Bulan April akan tiba sesaat lagi. Hari-hari ke depan, berarti menjadi hari-hari yang paling mendebarkan bagi para caleg. Masyarakat, sekarang ini sudah tak lagi bisa membedakan mana caleg yang busuk dan tidak busuk, semua sudah berbaur dan anehnya, pesona yang ditebarkan caleg busuk lebih mewangi dibandingkan para pendatang baru. Pendekatan berbasis uang yang dilakukan caleg busuk bahkan lebih diterima masyarakat ketimbang penampilan kaku caleg pendatang baru.

Bila kaum Yahudi hari ini menjadi penguasa opini dunia, itu karena lebih dari 80 % kantor berita dan media cetak dunia telah mereka kuasai. Jalan apapun pasti mereka terobos yang penting dunia ada di pihaknya. Demikian juga politik di Indonesia, opini masyarakat di bawah sangat kental dikuasai para politikus lihai yang memperagakan aksi politiknya dengan mendobrak kebeningan hati nurani. Selain dengan nyawer uang, spanduk mencolok di beribu tempat, juga dengan memasang tim sukses yang siap melanggar syubhat bahkan haram sekalipun.

Bila kaum Yahudi sudah tak lagi menyisakan rasa malu untuk menjajah dunia dengan sangat porno (terlihat umum), maka para politikus busuk kita pun sudah tak lagi malu-malu untuk melakukan trik-trik kampanye yang dikejar dari hukum manapun salah, tapi pada saat bersamaan hukum masyarakat miskin menghendakinya. Kegemaran masyarakat miskin kita untuk memungut uang haram dari para politikus kaya yang mau membeli suara dibiarkan dan bahkan dilestariakan menjadi sebuah tren yang khas.

Bila pemikiran kaum Yahudi selalu terpusat pada bagaimana caranya menjadi penguasa dunia, maka demikian juga dengan politikus kita. Pemikiran mereka selalu terfokus pada bagaimana caranya meraih suara terbanyak dalam ajang pemilu april mendatang, walaupun cara yang ditempuh mengorbankan pihak lain atau bahkan teman sendiri.

Bila kemudian Allah swt. membiarkan umat Yahudi berbuat semaunya untuk kemudian Allah mengazab mereka dari waktu ke waktu, maka kita hawatir, kelakuan para politikus kita yang menghendaki kursi jabatan dengan cara yang illegal, menjadi salah satu hal yang mengundang murka- Nya, lalu keberlangsungan kehidupan negeri yang makmur ini terhambat, mundur dan hancur.

*Dosen UIN Bandung, Dpk pada Institut Agama Islam Cipasung ( IAIC). Ketua jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) IAIC.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO