Senin, 09 Maret 2009

kembalikan anakku pada usianya

Oleh: asep M Tamam*

Sejak beberapa bulan ke belakang, ada yang aneh terjadi pada anakku yang belum genap tujuh tahun. Sepulang mengaji, ia selalu bergegas mengambil buku dan ballpoint untuk menulis lagu-lagu yang setiap malam diputar di TRANS 7. Judul lagu dan penyanyi dia tulis lengkap sambil mulutnya komat kamit menghafal syair lagu-lagu yang disajikan dengan ‘bumbu’ hot gossip terbaru.

Mulanya kebiasaan itu dibiarkan dengan asumsi bahwa dia masih anak-anak. Alasan lainnya, karena musik secara universal mempengaruhi tingkat kecerdasan terutama bagi anak-anak. Namun semenjak setahun ke belakang, terutama setelah RCTI punya acara yang ditayangkan live tiap Sabtu siang dan Minggu sore yaitu Idola Cilik, kehawatiran mulai menggoda. Acara yang juga dirindui anakku ini sempat menjadi polemic dan diprotes karena hampir semua lagu yang dibawakan anak-anak bau kencur itu bertema cinta. Tapi kemudian lagu-lagu itu ‘dipaksa’ untuk dimodifikasi sehingga menjadi lagu anak-anak. Alasan yang mengemuka ketika itu adalah karena cinta itu universal, cinta bisa terekspresi ke berbagai objek; Tuhan, orang tua, sesama, semua tumbuhan, hewan dan alam raya.

Lama kelamaan, kekhawatiran itu bertambah karena seharian, anakku mengumandangkan lagu demi lagu yang syair-syairnya —gradually— pasti menghampiri sanubari terdalamnya dan memberi pengaruh walau tak secara langsung. Lagu-lagu yang berjudul terlanjur cinta (Rossa feat Pasha Ungu), Penghianat Cinta (Duo Maya feat Cinta Laura), Ular Berbisa (Hello Band), Pemain Cinta (Ada Band), Cinta Sampai di Sini (The Massiv) dan lain-lain begitu akrab dengan lidah cadel dan badan kerempengnya.

PREMATURITAS ANAK-ANAK INDONESIA
Sejak sekitar setahun lebih hingga hari ini, lagu pop merajai belantika musik di tanah air. Penyanyi single, duo, trio dan grup band pengusung musik aliran pop sejak subuh hingga malam hari sambung menyambung bak acara infotainment di berbagai stasiun TV. Derasnya penyanyi dan grup band baru dalam dunia musik pop di tanah air memasuki puncaknya sehingga lagu dangdut dan lagu anak-anak tiarap dan sekarat. Namun bila melihat ke belakang, boombastisnya acara TV yang digandrungi —entah acara musik, komedi, sitkom dan lainnya— akan melintasi masa menjemukan dan sampai di antiklimaks. Ketika siklus itu terjadi, maka siklus lagu dangdut dan lagu anak-anak akan mendapatkan momentumnya.

Bila aliran dangdut masih bisa bertahan walaupun dalam ‘radius’ terbatas, maka lagu anak-anak berada dalam kondisi kritis sehingga mendesak untuk diselamatkan. Wajah imut dan menggemaskan dari penyanyi-penyanyi cilik semisal Tasya, Cikita Meidy, Kristina, Tina Toon, Joshua, Chantika dan yang lainnya masih tarbayang dan belum hilang dari ingatan kita. Sementara itu, Leony, Dea Ananda, Eno Lerian, Bondan Prakoso, Agnes Monika, Eza Yayang dan lainnya bahkan sudah tak menyisakan guratan anak kecil lagi seperti yang dulu kita saksikan sekitar sepuluh tahun lalu.

Yang belum kita lupa, adalah bahwa mereka menyanyi sesuai usia mereka. Lagu anak-anak yang diciptakan khusus untuk mereka membuat dunia anak-anak pada masa itu benar-benar berkibar. Anak-anak Indonesia pun hidup dalam suasana merdeka, alami, penuh ceria dan tidak ada suasana yang dipaksakan.

Namun sekarang ini, begitu banyak tontonan di televisi yang memaksakan anak-anak kita harus menjadi dewasa sebelum waktunya. Bukan hanya acara-acara di televisi, tatanan adat dan budaya masyarakat tradisional pun sudah terlanjur berubah. Kebiasaan bayi kecil yang di zaman kakek nenek kita dahulu dibedong sampai usia tiga bulan, sekarang ini baru seminggu saja bayi-bayi kita kegerahan dengan bedong. Permainan anak seperti gatrik, cat-catan, jibeh, sermen dan puluhan permainan lainnya telah pula hilang di telan acara-acara TV, komputer sampai internet. Dunia pacaran yang sepuluh tahun lalu divisualisasi untuk remaja SMA dan anak kuliahan, kini sudah sebegitu permissif hingga bukan hanya anak SMP, anak-anak SD pun mulai ‘dikenalkan’, sebuah bentuk euphimisme dari kata ‘diajarkan’.

ELEGI DARI DUNIA PENDIDIKAN KITA
Teriris hati kita manakala kasus demi kasus tentang kenakalan remaja dan anak-anak sekolah kita menohok dan menyentak semua orang. Di Tasikmalaya, kasus adegan syur anak SMP favorit menjadi bukti prematuritas anak-anak kita. Beberapa bulan sebelumnya, di kecamatan Taraju, seorang siswa SMU tega menjual pacarnya yang nota bene anak murid SMP kepada lebih dari empat puluh pemuda tanggung dan di beberapa di antaranya adalah lelaki paruh baya. Ini adalah sebuah hasil gemilang dari pembelajaran maturisasi (proses pendewasaan) anak kecil yang dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya.

Kebebasan pergaulan anak remaja kita seperti yang terekam dari pemberitaan media massa —selain beberapa peristiwa kekerasan yang sambung menyambung diberitakan dan mudah diakses di dunia maya— hanyalah setetes dari potret sebenarnya dari realitas kebebasan mereka di lapangan. Data yang mengerikan tentang hilangnya virgiditas (keperawanan) anak SMU di Tasikmalaya saja menunjukkan angka di atas 30% dan di Bandung bahkan melebihi 50%.

Salut bagi para pengelola pendidikan kita; diknas, kepala sekolah, dewan pendidikan dan semua pihak yang telah berusaha keras dalam memerangi atau minimal meminimalisir kasus lanjutan. Tapi akan lebih ‘mengharukan’ lagi apabila kerja keras itu berlangsung secara berkesinambungan dan bersifat antisipatif, bukan reaktif seperti sekarang ini, di mana razia HP dan sosialisasi pelanggaran siswa baru dilakukan setelah kasus demi kasus terjadi.

Lewat tulisan ini, penulis ingin melempar wacana sekaligus harapan agar dunia anak-anak yang sekarang ‘hilang dicuri’ segera dikembalikan. Hak anak-anak Indonesia untuk hidup dalam dunianya mendesak untuk diperjuangkan oleh siapapun yang mencintai dan menyayangi mereka. Generasi terbaik akan tercipta dari pola pendidikan sistimatis dan berjenjang. Suatu saat nanti, pemaksaan dari maturisasi anak-anak tidak lagi dialami anak-anak kita, semoga.
Wallaahu min waraa al- qashd
*Penilis adalah ketua Jurusan Bahasa Arab Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) dan dosen LB di STAI Tasikmalaya dan FKIP UNIGAL Ciamis.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO