Senin, 09 Maret 2009

pesan ponari untuk para caleg

Oleh: Asep M Tamam*

Anak yang terlihat digendong ayahnya, lalu mencelupkan tangannya ke ribuan gelas plastik di depannya itu baru berusia sepuluh tahun. Tapi booming pemberitaannya di head line televisi sempat mengalahkan pemberitaan Obama, perang di Timur Tengah atau berita tarian Lionel Messi yang sedang menggila bersama FC Barcelona dan tim Tanggo Argentina.

Nama Anak itu adalah Muhamad Ponari, warga kampung Kedung Sari, desa Bolongsari, kecamatan Megalus kabupaten Jombang. Tanpa ia sadari, ia datang di tengah pusaran absurditas zaman, mengagetkan semua orang dan mengabarkan kita “inilah realitas sebenarnya tentang gambaran manusia Indonesia”. Ia datang di tengah suasana politik, ekonomi, sosial, budaya dan moral anak bangsa yang tanpa haluan. Seringnya, Tuhan mengajarkan kita tak secara langsung, bisa dengan gejala alam, bencana, kegoncangan ekonomi, dan untuk kali ini, ia mengajari kita dengan menghadirkan bocah lugu, lucu dengan penampilan tak seberapa ini.

Mengingatkan kita dengan serial Highlander di akhir tahun 90-an, Ponari memulai petualangannya sebagai ‘bocah ajaib’ yang menyedot 10.000 sampai 15.000 orang yang setiap hari datang ke rumahnya. Di awal Januari lalu, sambaran petir mengiriminya batu berbentuk seperti kepala belut sebesar kepalan tangan. Ditunjang suhu budaya di Jawa Timur yang lekat dengan dunia supra natural, ia lalu menjelma menjadi ‘selebritis’. Karena masih bau kencur, ia dianggap keramat. Belakangan, bukan hanya dirinya, tapi bahkan sumur di rumahnya, tanah sampai —maa syaa Allah— air selokan di belakang rumahnya pun dianggap ‘suci’ dan bertuah.

Tanggung Jawab Bersama
Kehadiran si anak ajaib Ponari, sejatinya menjadi peringatan dan tamparan keras bagi kita, khususnya para pemimpin, formal dan non-formal, pemerintah, para ulama, maupun para politikus yang akan memasuki arena ‘ujian seleksi’ agar mau menengok masyarakat bawah dan memahami denyut nadi yang mereka rasa saat ini. Mampirnya Ponari memasuki wacana nasional dan lalu dibesarkan media massa, seharusnya direfleksi sebagai bahan renungan menghadapi eskalasi suhu politik April mendatang.

Beberapa media massa, cetak atau elektronik, langsung maupun tidak langsung menjadi bagian penting dalam mencari benang merah, apa hikmah dari kehadiran Ponari untuk kebaikan bangsa pasca pemilu 2009 ini. Secara menukik, beberapa stasiun televisi menuding berbagai variable sebagai biang permasalahan dari benang kusut yang menimpa rakyat kita.

Mahalnya biaya kesehatan, lemahnya akidah umat, bodohnya warga masyarakat, gandrungnya mereka dengan budaya antri, lemahnya posisi pendidikan ketika dihadapkan dengan kebutuhan materi dan tuntutan mengisi perut disinyalir menjadi bagian terpenting dari bombastisnya pemberitaan Ponari di media massa.

Pesan Ponari untuk para caleg
Kebanyakan kita, pastinya punya pengalaman pahit ketika berobat ke rumah sakit swasta, apotik yang merangkap tempat praktek dokter spesialis atau ke rumah pribadi dokter spesialis. Sosialisasi JAMKESKIN dan wacana berobat gratis yang nyaring dijadikan bahan kampanye politik, rupanya sia-sia belaka. Mahalnya harga kuliah kedokteran spesialisasi bidang tertentu mengharuskan siapapun yang berobat ke dokter spesialis, sekali lagi, siapapun itu, harus merogoh kocek lebih dalam. Bagi rakyat miskin yang berobat ke tempat praktek dokter spesialis, tak ada ampun, mereka harus membayar sesuai angka nominal yang diberikan petugas apotik. Harga obat paten pun dijual super mahal bila dibeli langsung di tempat praktek, berbeda ketika kita mencoba membelinya di apotik lain. Anehnya, sistim pembayaran mengharuskan pasien menukar resep di tempat itu juga, tak bisa di apotik lain seperti yang terjadi sepuluh tahun ke belakang. Kehadiran beberapa laboratorium kesehatan, rupanya juga menjadi bagian penting lainnya yang menjadikan biaya kesehatan bagi warga bertambah mahal.

Rupanya, Ponari datang mengingatkan kita, pemimpin khususnya, terlebih husus lagi para caleg kita agar jangan pura-pura tak tahu dan tak mengerti apa yang tejadi. Keinginan kuat dari para pemimpin untuk membenahi sistem yang membelit dunia kesehatan di negeri ini adalah esensi terpenting dari teguran Tuhan yang dihadirkannya lewat kehadiran Ponari.

Di sisi lain, ada hal yang lebih penting dari masalah kebutuhan warga masyarakat akan kesehatan jasmani mereka, yaitu kesehatan rohani. Rohani siapapun akan terusik melihat berjubelnya belasan ribu warga yang antri menunggu giliran diobati oleh Ponari. Mereka sakit secara jasmani, tapi yang lebih memilukan adalah sakitnya spiritualitas dan kerontangnya tauhid dalam lubuk rohani mereka. Di manakah akal sehat disimpan saat kita menyaksikan mereka mengais lumpur dari jamban keluarga Ponari, lalu membalurkannya ke seluruh tubuh? atau dimana akal sehat para kerabat Ponari saat ayah Ponari sendiri tergolek lemas di rumah sakit, bahkan saat kita tahu bahwa Ponari pun sakit dan saat itu ia dilarikan ke rumah sakit?

Ya, kehadiran Ponari sangat tepat waktu. Akidah umat yang camporet terlihat dari kepercayaan berlebih kepada Ponari sebagai sumber kesembuhan yang menyerempet wilayah musyrik. Hal ini menggambarkan lahan garapan para ulama belum juga tertuntaskan. Kegemaran warga masyarakat untuk antri pembagian sembako, pembagian zakat dan antri berobat gratis menjadi gambaran memilukan di tengah suasana kampanye dengan hiasan angin surga dan janji-janji muluk untuk menjadikan rakyat makmur dan sejahtera. Sungguh, ini adalah isyarat jelas bahwa masyarakat terdidik di negeri ini, sampai saat ini belum bisa mencerahkan pemikiran mereka yang tidak terdidik..

Di atas segalanya, hadirnya Ponari di tengah-tengah kita adalah skenario dari Allah swt. untuk kebaikan rakyat Indonesia. Dan secara tak langsung, ini adalah bahan garapan serius bagi caleg kita bila di April nanti mereka terpilih. Empat tahun ke belakang, prestasi mereka jeblok, yang makmur dan sejahtera hanya anggota dewan dan partainya, bukan rakyatnya. Wallaahu min waraa al- qashd

*Penulis adalah ketua jurusan Pendidikan Bahasa Arab Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) dan. Dosen STAI Tasikmalaya.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO