Senin, 09 Maret 2009

muhammad, inspirator segala zaman dan kalangan

Refleksi maulid Nabi Muhammad saw. 1430 H

Oleh: Asep M. Tamam*

Hari-hari dalam sebulan ini, kita ada di bulan ke tiga penanggalan Hijriyah yaitu Rabi’ul Awwal. Tepat 1438 tahun yang lalu, sejarah menyaksikan kisah kelahiran nabi terakhir sekaligus teragung dari kalangan bangsa Arab. Sebelumnya, kisah kelahiran para nabi umumnya muncul dari utara jazirah Arab yaitu Syam.

Kelahiran manusia biasa yang luar biasa ini menghentak dunia karena tak sampai seabad ba’da wafatnya, agama yang ia bawa telah melewati batas mimpi warga dunia Arab masa itu, yaitu tumbangnya dua imperium penguasa dunia; Romawi dan Persia. Tak hanya itu, Islam, agama yang dibawanya, telah pula menjadi pilihan keyakinan jutaan pengikut Nasrani (Romawi) dan Majusi (Persia) yang telah dianut berabad-abad lamanya.

Muhammad, utusan terakhir itu lahir dan menjadi inspirasi berjuta, bahkan bermilyar orang di setiap masanya. Tak ada seorang pun manusia yang lahir dari rahim bumi dan kemudian menjadi inspirasi setiap generasi tentang sosok ketokohan, pengabdian, pengorbanan, kesetiakawanan, kepahlawanan, kepemimpinan, keteladanan; sesuatu yang menjadi rujukan utama dalam wacana umat manusia yang berperadaban.

Tentang prestasi kerja dan capaian perjuangannya ini, tak hanya umat Islam —yang diwakili para ulama dan cendekiawan— yang mengangkatnya dalam karya lidah dan tangan, orasi dan tulisan, tapi juga “ulama-ulama” dari agama lain; Kristen, Hindu, Budha dan lainnya. Mereka menyempatkan diri mendalami kehidupan sang Nabi, kemudian menulis catatan tentang keanggunan pribadinya. Inspirasi yang alami dan dihadirkan dari sosok yang bersahaja dan apa adanya ini bak dian yang menerangi langkah penduduk planet bumi. Karena itulah ia menjadi Rahmatan lil’aalamiin.

MUHAMMAD DI MATA ‘ULAMA’ AGAMA LAIN
Dalam bukunya, Muhammad, Prophet for Our Time (2007), Karen Armstrong —Islamolog perempuan Amerika yang dikenal santun dan objektif menulis tentang Islam— menulis berbagai pengakuan tokoh-tokoh agama besar dunia tentang Muhammad saw. Ia misalnya menulis pengakuan Michael H. Hart, penulis buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History yang menempatkan Muhammad di ranking pertama dari seratus tokoh dunia seanjang masa. Hart berujar, “keputusan saya memilih Muhammad sebagai orang yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia mungkin mengagetkan sebagian pembaca dan akan mempertanyakannya. Namun, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang mencapai level prestasi paling puncak dalam berbagai bidang.”

Nobelis sartra 1925, George Bernard Shaw menyatakan, “Saya percaya, jika manusia seperti dia diserahi kendali kememimpinan dunia modern, dia akan berhasil memecahkan problema-problemanya sehingga penduduk dunia akan damai. Saya ramalkan, kelak agama yang Ia bawa akan semakin diterima Eropa.” Sebelum George Bernard Shaw, Alponse de Lamartine, sastrawan dan cendekiawan Prancis abad ke-19 menyatakan, “Muhammad adalah filosof, orator, nabi, pembuat hukum, pejuang, penakluk pikiran, pemulih dogma-dogma rasional dan peribadahan tanpa patung dan gambar: pendiri dua puluh kerajaan dunia dan satu kerajaan spiritual. Berdasarkan semua standar untuk mengukur keagungan seseorang, kita bisa bertanya, adakah manusia yang lebih agung daripada dia?”

Kekaguman lainnya diungkapkan William Montgomery Watt, seorang professor bahasa Arab dan studi Islam di universitas Edinburgh. Ia berujar, “Semakin kita merenungkan sejarah Muhammad dan masa awal Islam, semakin kita terkagum-kagum akan cakupan kesuksesannya. Andai dia tak memiliki bakat sebagai pengamat, negarawan, administrator dan, di balik semuanya ini, keyakinannya kepada Tuhan dan bahwa dia diutus oleh Tuhan, maka sebuah babak penting sejarah umat manusia tidak akan pernah tertulis.”

Selain dari belahan Amerika dan Eropa, Pemimpin dunia dari belahan Asia yang juga pemimpin para pengikut Hindu, Mahatma Gandhi, mengungkapkan kekagumannya terhadap Muhammad dalam kata-katanya, “Saya takjub, manusia seperti apakah yang hingga hari ini menawan hati jutaan manusia… Saya menjadi lebih dari sekedar yakin bahwa bukan pedang yang membuat Islam berjaya. Kebersahajaan, pelenyapan ego sang nabi, tekad kuat untuk memenuhi semua janjinya, pelayanannya yang amat mendalam kepada para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya yang tak mengenal rasa takut, keyakinan penuhnya kepada Tuhan dan kepada misinya, semua inilah, dan bukannya pedang, yang menyebabkan umat muslim berjaya dan mampu menyingkirkan semua penghalang. Ketika menamatkan biografi sang nabi, saya sedih karena tak ada lagi yang bisa saya baca tentang kehidupan yang agung itu.

MUHAMMAD, PUNCAK INSPIRASI
Para cendekiawan dunia, masa lalu dan hari ini, masih saja seperti kehausan mencari air inspirasi yang menyegarkan dahaga mereka tentang sosok-sosok yang telah sukses mewarnai perjalanan sejarah bumi. Muhammad, manusia agung itu, sampai hari inipun tetap laksana oase yang airnya tak penah kering. Berbagai buku tentang sejarah kehidupannya telah ditulis dalam ratusan bahasa di dunia dan ditulis bukan hanya oleh umat Islam, tetapi bahkan oleh intelektual-intelektual non muslim yang kebanyakan objektif menulis sejarah sang nabi, sementara sebagian lainnya cenderung mencari-cari celah untuk memojokkannya, namun mereka tak bisa menemukan cara untuk itu.

Tak hanya sejarah hidupnya dari A sampai Z, atau dari mulai ia dilahirkan sampai wafatnya, tapi tak sedikit juga yang menulis tentang pribadi beliau secara tematis. Puluhan bahkan ratusan buku telah ditulis untuk mengungkapkan sejarah nabi Muhammad poin demi poin, judul demi judul seputar sejarah beliau yang telah sukses menjadi politikus, enterpreiner, kepala keluarga, panglima perang, imam spiritual, kepala negara, sahabat dari para sahabat dan lain-lain. Sekedar contoh, penulis mencatat buku Al- aayaat al- Bayyinaat fii A’dhaa i Rasuulillaah min Mu’jizaat karya Sa’id bin Abdil Qadir Basyanfar. Buku ini secara eksklusif menggambarkan visualisasi fisik badani nabi dan tidak menyentuh sisi spiritualnya yang memang telah ditulis puluhan bahkan ratusan orang ulama yang lain.

Rintisan Sa’id Basyanfar ini lalu disempurnakan oleh ulama Arab kontemporer DR. Aidh al- Qarni yang menulis Muhammad, Ka Annaka Taraa. Sisi spiritualitas nabi, bahkan ditulis hingga menyentuh episode mistisnya. Dalam hal ini, Badiuzzaman Said Nursi menulis Prophet Muhammad’s Miracles. Keunikan karya para ulama tidak hanya berhenti sampai di situ, tapi bahkan hingga mengangkat sisi lain dari nabi Muhammad, yaitu episode tertawanya. Dalam hal ini Khumais al- Sa’id menulis buku Mawaaqif Dhahika fiihaa an- Nabi. Karya demi karya tentang nabi Muhammad saw, pastinya akan semakin deras seiring tuntutan perkembangan zaman yang tak pernah puas dengan pola kepemimpinan para pemimpin dunia yang tidak mengusung nilai keteladanan dalam kepemimpinannya.

Bagi kita, umat Islam Indonesia yang tengah menghadapi episode baru dalam tatanan kehidupan berpolitik, bernegara, dan berkehidupan sosial, tentunya nabi Muhammad adalah sumber segala inspirasi bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik. Anomaly dalam kehidupan sosial dan politik hari ini, terjadi karena tidak adanya inspirator yang bisa diteladani. Akibatnya, masalah demi masalah malah bertambah dan ini akan terus membebani para pemimpin kita dan juga rakyatnya, sekarang dan esok hari.

Maulid nabi Muhammad tahun ini, sejatinya diacu untuk memberi pencerahan umat dan warga masyarakat, terlebih bagi para pemimpin dan calon wakil rakyat agar kembali membaca sejarah hidupnya, menghayati sisi lahir dan bathinnya, mempelajari pola hidupnya dalam mengabdikan diri kepada Tuhannya, agamanya dan umatnya.
Wallaahu min waraa al- Qashd

*Penulis adalah Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) dan dosen LB STAI Tasikmalaya

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO