MENJAGA UKHUWAH ISLAMIYAH
"Sesungguhnya orang-orang mumin adalah bersaudara. Maka damaikanlah antara saudara kamu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat".
Ayat ke sepuluh
Nilai persaudaraan dalam Islam
Mantan rektor universitas al-Azhar Mesir, Dr. Abdul Halim Mahmud dalam bukunya, fiqh al-ukhuwaah fi al-Islam, mengutip pendapat imam Quthubi dan Ibnu Katsir, bahwa ukhuwah dalam ayat sepuluh surat al-Hujurat ini adalah persaudaraan seagama sesuai dengan sabda Nabi: "seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya". (HR. Bukhari)
Ketika Rasulullah dan para sahabatnya tiba di Medinah, langkah pertama yang dirintis Rasulullah adalah muakhah (mempersaudarakan) antara seorang anggota Muhajirin dengan seorang anggota Anshar. Sejarah mencatat betapa kuatnya persaudaraan yang terjalin di antara kedua golongan Muhajirin dan Anshar ini sampai terjadi tawaruts (saling mewarisi) bila satu di antara dua sahabat tersebut meninggal dunia. Tradisi tawaruts ini kemudian dihapus setelah turun ayat "Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin (QS al-Ahzab [33] : 6). Indahnya persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar ini juga diabadikan dalam al-Quran, "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (QS al-Hasyr [59] : 9).
Ukhuwah dalam Islam menempati posisi yang sangat tinggi. Ia merupakan batu bata bagi tegaknya bangunan perjuangan Islam. Rasulullah selalu menekankan terjaganya nilai-nilai persaudaraan di hati para sahabat. Beliau bersabda: "janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling memusuhi, dan jangan membeli barang yang sedang ditawar orang lain, hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang saling bersaudara", (HR. Muslim)
Ketika ukhuwah Islamiyah tercederai
Minggu, 1 Juni 2008 adalah hari kelabu bagi umat Islam
Dalam segala hal,
Mendamaikan saudara yang bertikai
Tak nyaman rasanya, bila ada dua saudara kita yang bertikai, dan kita berada di salah satu pihak, lantas kita tergugah atau menggugah orang lain menanam, menyiram memupuk dan menyuburkan benih-benih permusuhan terhadap pihak musuh. Tapi lebih jelek lagi ketika kita ada di luar dua pihak yang bertikai tadi lantas kita bertepuk tangan untuk menyemangati pertikaian itu. Tapi yang terbaik adalah melangkah untuk mendamaikan. Ayat sepuluh dari
Kalau dalam ayat ini Allah menjanjikan rahmat-Nya bagi siapapun yang menjaga ukhuwah Islamiyah, mendamaikan dua pihak yang bertikai, dan menjaga nilai-nilai ketakwaan ketika bertikai, maka dalam ayat yang lain Allah menjajikan pahala yang besar, yaitu surga, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS al-Nisa [4] :114)
Penutup
Cinta dan kasih sayang adalah benih yang ditanamkan Allah di hati sanubari manusia. Sedangkan benci, dendam dan sikap bermusuhan adalah benih yang terus ditanamkan setan di dada setiap manusia, "Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu" (QS al-Maidah [5] : 96). Maka, mari kita terus kobarkan ukhuwah Islamiyah di tengah keragaman yang ada, sehingga Islam senantiasa memperlihatkan keindahannya, seindah-indahnya. Wallahu A'lam.
Posting Komentar