Rabu, 17 Desember 2008

PEMUDA ITU BERNAMA MUHAMMAD


Oleh: Asep M Tamam*

Pekan ini adalah pekannya kaum muda. Delapan puluh tahun yang lalu, tepatnya tahun 1928, tokoh-tokoh pemuda berkumpul untuk menyuarakan aspirasi yang selanjutnya menjadi ‘saham’ lahirnya kemerdekaan RI tujuh belas tahun selanjutnya, tahun 1945.

Para pemuda adalah butiran butiran mutiara. Siloka Arab menuturkan, “Syubbaanul yaum rijaaul ghad” kaum muda hari ini adalah tokoh pemimpin di hari esok. Rasa bangga selalu hadir ketika kreasi dan kabar prestasi ditorehkan para pemuda. Sebaliknya, perih hati kita setiapkali mendengar, membaca atau menyaksikan langsung jalan mereka melenceng dari jalur hukum sosial atau pun hukum agama. Kabar menyenangkan sekaligus menyedihkan ini selalu berganti beriringan setiap kita menyimak berita di media massa.

Tulisan ini, ingin menyingkap masa muda yang dilewati seorang pemuda, yang kelak menjadi pemimpin terbesar dalam gelanggang sejarah umat manusia yang pernah meramaikan alam mayapada ini. Sejarah sang pemuda ini, tentunya diharapkan akan menginisiasi kaum muda kita untuk membuka hati mencari figur sejati yang ideal untuk diidolai.

Masa muda sang idola

Masa muda pemuda ideal ini berada dalam pangkuan sang paman, Abu Thalib. Sebetulnya, kakeknya yang baru saja wafat, Abdul Muthallib meninggalkan beberapa anak. Sayang, anak terbesarnya al- Harits tak seberapa mampu. Sebaliknya, anaknya yang mampu, Abbas kikir sekali dengan hartanya. Abu Thalib sendiri, walaupun hidupnya sederhana tapi dikenal memiliki perangai yang halus dan amat dihormati bangsa Quraisy ketika itu, demikian Muhammad Husain Haikal dalam hayat Muhammadnya.

Demikianlah, Allah maha berkehendak untuk menitipkan masa muda anak yatim piatu ini pada seorang yang sampai meninggalnya tak sempat beriman. Ilmu termahal bagi kita, generasi muda, bahwa kebaikan itu harus dibarengi keimanan. Abu Thalib mengurus dan mengayomi tokoh idola kita ini lebih dari empat puluh tahun, dari mulai masa kanak-kanak, pemuda, masa pernikahan, berkeluarga bahkan sampai sepuluh tahun lebih masa kenabiannya. Tapi kebaikan selama dan sebanyak apapun tiadalah berarti tanpa pengakuan lisan, hati dan amal jasadi akan ke-Esaan Ilahi.

Literatur sejarah menuliskan beberapa episode yang dilewati pemuda idaman ini hingga waktu pernikahannya yang dilangsungkan di usianya yang ke dua puluh lima. Karen Armstrong, penulis Muhammad: Prophet for our time menuturkan, semua sumber pustaka menulis bahwa pemuda ini sangat tampan, bertubuh kuat dan kokoh, dengan tinggi rata-rata. Integritas ortopraksi (kesalehannya) tersebar luas, entah dalam kesendiriannya ataupun ketika berkumpul di tengah keramaian. Sebelum usianya dua belas tahun, ia telah dikenal sebagai al- Amin, demikian Prof. K. Ali dalam A Study of Islamic History

.

Episode-episode yang dilewati

Di usianya yang ke dua belas, pemuda ini telah mulai diajak pamannya, Abu Thalib untuk berdagang ke Syam. Sebelum masuk lebih ke dalam, seorang rahib Kristen, Bahira, melihat tanda-tanda kenabian anak ini dari kitab suci agamanya, Injil. Bahira lalu menyuruh sang paman untuk segera kembali sebelum orang-orang Yahudi melihatnya dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Pelajaran bagi pemuda hari ini, adalah jiwa kerja dan enterprenershif yang dilandasi kejujuran dan loyalitas. Pemuda pekerja keras ini telah mulai mencoba meminta pamannya untuk diikut sertakan dalam perjalanan panjang ke Syam. Tanpa rasa malas dan gengsi, dia melewati babak hidupnya untuk mulai mandiri dan tak menggantungkan hidup pada orang lain. Dalam perjalanan inilah, ia melihat dan mempelajari watak alam di siang dan malam harinya. Perjalanan panjang itu melewati wilayah-wilayah bersejarah peninggalan para nabi dan rasul sebelumnya. Madyan, Wadi’l Qura, Palestina dan berbagai wilayah —yang seabad kemudian ditaklukkan pasukan umat Islam— dilewatinya. Berita tentang kerajaan Romawi dengan agama Kristennya, juga bangsa Persia dengan agama Majusinya didapatkannya dari perjalanan ini.

Di usia enam belas sampai dua puluh tahun, pemuda ini berhadapan dengan episode perang Fijar. Perang Fijar adalah perang yang berlangsung beberapa hari selama empat tahun berturut-turut antara suku Hawazin dan suku Kinanah. Dalam perang ini, pemuda pemberani ini bertugas mengumpulkan panah-panah yang dilemparkan pihak musuh. Sebagian anak-anak panah ini diserahkan kepada paman-pamannya, sebagian lagi dilemparkannya sendiri kepada pihak musuh.

Ini pelajaran berharga bagi para pemuda kita. Hidup adalah perjuangan dan kerja keras. Kalaulah sebagian pemuda hari ini terhanyut dalam kehidupan yang serba menyenangkan dengan berbagai hiburan yang ‘menyerempet’ wilayah berbahaya, maka pemuda pemberani ini melewati perjuangan fisik yang tiga puluh lima tahun selanjutnya menjadi jalan yang wajib ditempuh dalam rangka mempertahankan keberlangsungan agama Islam, yaitu jihad.

Di usia ke dua puluh tahun, pemuda cerdas ini memprakarsai himpunan kerja sama kaum muda. Ia kemudian dikenal dengan Half al- Fudzul. Tujuan utama perhimpunan ini adalah berupaya menciptakan perdamaian dan menjalin kerukunan antar suku di Mekah.

Bagi kaum muda kita, prakarsa adalah modal dalam berpolitik praktis untuk bergerak menggagas misi perdamaian, kesatuan dan kebersamaan. Pemuda inisiator ini tak tenang hati menyaksikan kebencian, pertikaian dan permusuhan yang berkecamuk dalam hati suku-suku yang sebenarnya bersaudara ini.

Sebelum usia kenabian, pemuda sederhana ini bekerja menggembalakan kambing keluarga dan penduduk Mekah. Setelah menjadi nabi, ia bangga menyebutkan bahwa para nabi yang diutus Allah adalah penggembala.

Untuk para pemuda hari ini, ada pelajaran penting bahwa untuk bekerja, ‘halal’ adalah yang utama. Pemuda yang penuh kasih sayang ini selalu bertanggung jawab dengan berapa pun banyaknya jumlah binatang gembalaan yang diembankan padanya. Setiap ekor kambing ada dalam pengawasannya. Yang sakit ia obati, yang hilang ia cari, yang bertengkar ia damaikan, semua ada dalam tanggung jawabnya. Kasih sayang inilah yang menjad modalnya ketika suatu saat nanti ia menjadi pemimpin paling berhasil dan paling berpengaruh dalam pentas sejarah umat manusia. Pengalamannya mengembala ditambah kebiasaannya menyendiri membuat ia cerdas merenungi kekuatan, kebesaran dan keagungan Sang Pengkarsa, Pencipta alam semesta.

Pemuda dan hiburan

Hari ini di jaman ini, budaya hidup pemuda kita identik dengan dunia hiburan. Sebagian positif, sebagiannya ‘remang-remang’ dan sebagian lainnya ‘berbahaya’. Selalu saja ada berita tentang dunia mereka yang menggambarkan begitu mudahnya mereka diombang-ambing oleh perubahan dan perkembangan masa.

Tokoh pemuda kita ini, pernah dua kali tergugah untuk menghadiri kegiatan malam pemuda kota yang dikenal jahiliyah itu. Konon suatu sore, kepada teman gembalanya ia menyampaikan keinginan untuk turun ke kota Mekah menghadiri pesta. Malam hari itu pun ia pergi. Namun sebelum sampai di kota ia tertidur pulas. Di malam berikutnya ia datang lagi untuk acara yang sama. Dari kejauhan ia mendengar musik yang indah, ia terduduk mendengarkan dan ketiduran lagi sampai pagi menjelang.

Momentum sumpah pemuda

Aktivitas para pemuda kita, entah organisasi, lingkar studi, kerja mandiri, atau apapun yang bersifat produktif semakin hari kian menjanjikan. Hal ini akan mampu meminimalisir berbagai kehawatiran yang dialamatkan pada dunia kepemudaan tanah air. Berbagai pertandingan olahraga, lomba seni, lomba karya, karsa dan kreativitas yang intens digelar akan melahirkan pemuda-pemuda kreatif dan menjauhkan mereka dari narkoba, seks bebas dan lainnya yang kian hari kualitas dan kuantitasnya semakin deras.

Melewati momentum hari sumpah pemuda, mari kita mengakrabkan para pemuda kita pada nilai-nilai keteladanan. Tokoh kita di atas, adalah tokoh pemuda terbaik dari berbagai generasi, di berbagai masa.

*dosen IAIC Cipasung dan STAI Tasikmalaya

.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO