yang benar pasti menang
"Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap"
Surat al- Anbiya ayat 18 ini mengilustrasikan haq (kebenaran) sebagai sesuatu yang padat dan keras, kemudian Allah lontarkan haq itu kepada yang batil hingga hancurlah kebatilan itu. Dalam tafsir al- Maraghi, leburnya kebatilan digambarkan sebagai seorang manusia yang otaknya dihancurkan sehingga mamburai keluar kepalanya. Penggunaan bentuk mudhari' (kata kerja masa kini dan akan datang) dalam kata naqdzifu (kami melontarkan) mengisyaratkan bahwa pemusnahan kebatilan yang Allah lakukan melalui haq/kebenaran bersifat berkesinambungan, sunnatullah yang berlaku kapan dan di mana saja.
Senada dengan ayat ini adalah ayat ke 18 dari
M. Quraish Shihab, dalam al- Misbahnya menuturkan bahwa kebatilan sifatnya selalu bertentangan dengan kelanggengan, maka ia tidak akan bisa bertahan lama. Ini karena, penyebab adanya kebatilan adalah faktor ekstern yang ketika faktor itu merapuh, maka kebatilan pun akan segera punah. Berbeda dengan batil, haq selalu memiliki faktor-faktor yang bisa membuat dirinya bertahan. Kalaulah ia tak tampak ke permukaan, maka itu disebabkan karena ia tertimbun, tetapi cepat atau lambat ia akan muncul lagi karena faktor internal yang melekat padanya akan mendorongnya muncul terus menerus tidak ubahnya dengan benih tumbuhan yang pada saatnya akan tumbuh berkembang dan berbuah.
Yakin, yang benar pasti menang
Kasus-kasus hukum yang terjadi dalam skala kecil dan besar, yang bertaraf lokal ataupun nasional yang kualitas dan kuantitasnya telah menempatkan Indonesia pada jajaran tertinggi dan barisan terdepan negara terkorup di dunia ini --ketika hukum tak mampu menanganinya-- sering memunculkan pesimisme kita. Tak terselesaikannya kasus-kasus seperti ini sering memunculkan anggapan bahwa kebatilan telah menang dan haq telah kalah.
Bila kita mengaji ulang perjuangan Rasulullah saw. Dan para sahabat dalam menegakkan haq, kita akan menemukan titik terang bahwa terwujudnya haq sebagai pemenang menjadi ujian dan tantangan bagi para pejuang haq itu sendiri. Bisa dibayangkan, dalam kurun waktu 23 tahun da'wahnya, Rasulullah melewatinya dengan perjuangan maha berat. Perlakuan zhalim yang dilancarkan kafir Mekah sudah diluar batas term 'anarkisme' yang terjadi belakangan di Indonesia.
Tapi hasil dari perjuangan itu sungguh luar biasa. Dr. Mustafa Murad dalam buku sirat al- shahabah menyingkap statistika hasil perjuangan Rasulullah ini sebagai berikut: selama 23 tahun perjuangan ini, orang yang berzina hanya 7 orang padahal zina adalah hal yang lumrah dilakukan sebelum datangnya Islam. Orang yang dihukum karena minuman keras hanya 15 orang padahal sebelumnya, arak tidak berbeda dengan air biasa. Orang yang dipotong tangan karena mencuri hanya 7 orang padahal mereka hidup pada satu masyarakat yang umumya miskin dalam kehidupan yang keras. Orang yang berani meninggalkan shalat, menolak kewajiban zakat, sengaja makan minum di siang hari bulan Ramadhan dan meninggalkan haji bagi orang yang mampu, tidak pernah terjadi atau tidak diketemukan sama sekali pada satu kasuspun.
Kembali ke perjuangan kita di Indonesia, kasus-kasus yang terjadi memang sampai hari ini penanganannya masih berwarna buram, tapi haq tetaplah haq, ia akan sedikit demi sedikit menampakkan dirinya dan hadir sebagai pemenang. Betul bahwa pelaku-pelaku kejahatan di negeri ini selalu bisa berkelit dan berkeliaran dengan bebas sebagai 'pemenang'. Tapi itu hanya nampak di luarnya saja, sementara batinnya pasti sakit dan menangis. Itu berarti bahwa di mata dirinya, juga Tuhannya, dia adalah pecundang yang ditunggangi setan. Bukti yang paling absah akan kekalahan mereka adalah bergulirnya opini-opini negatif, entah di surat kabar, media elektronik atau sumpah serapah yang beredar di masyarakat yang menyudutkan bahkan mengutuk mereka.
Penutup
Perjuangan untuk memenangkan haq dan mengalahkan yang batil sebagaimana dicontohkan Rasulullah menuntut adanya komitmen dan keyakinan. Seorang yang membela kebenaran selalu menghadirkan kebahagiaan dan kemantapan batin bagi dirinya, meskipun ada di penjara bawah tanah yang gelap dan penuh bau. Sebaliknya, seorang yang salah, walaupun berada di hotel mewah dan fasilitas serba 'wah', dia akan tersiksa dalam 'penjara' yang dia hadirkan sendiri dalam jiwanya. "agar Allah menetapkan yang hak dan membatalkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya." (QS. Al- Anfal [8] : 8)
Wallahu a'lam
Posting Komentar