Minggu, 11 Januari 2009

Ramadhan, Harumnya Sudah Tercium


Oleh: Asep M Tamam*

Bila disepakati tanggal 1 september 2008 sebagai tanggal 1 Ramadhan 1239 H, maka Ramadhan tahun ini akan dijelang 10 hari ke depan. Berarti, Ramadhan segera tiba dalam hitungan hari. Namun harumnya, nuansanya, dan segala pernak-perniknya sudah terasa hadir dari hari-hari kemarin. Udara paginya, panas siangnya, sejuk petangnya, mendung sedikit gerimisnya dan berbagai suasananya yang ada mengingatkan kita akan hari-hari yang biasa dinikmati di bulan Ramadhan, tahun-tahun yang lalu.

Setahun yang lalu, sesaat setelah Ramadhan berlalu, kita masih ingat doa yang terpanjatkan ke haribaan Sang Khalik, “Ya Allah, panjangkan umur kami, sampaikan kami ke Ramadhan berikutnya di tahun depan”. Debaran hati menyambut kunjungan tamu agung ini akan bertambah degupnya manakala Ramadhan tinggal tersisa dalam hitungan jam. Kebahagian menanti kunjungan Ramadhan ini adalah ekspresi tahunan yang dirasakan umat Islam; remaja, dewasa bahkan anak-anak. Bukankah para mubaligh sering menyampaikan hadits nabi, “Barangsiapa merasa bahagia dengan kehadiran Ramadhan, maka Allah haramkan jasadnya dijilat api neraka.”

Tulisan ini sengaja ditulis untuk mengingatkan kita –penulis khususnya— agar mempersiapkan diri, fisik maupun spiritual untuk menyongsong kedatangan Ramadhan dengan sambutan terhangat. Biasanya, tamu datang kepada kita untuk merepotkan. Tapi Ramadhan datang dengan membawa ‘seabreg’ oleh-oleh, bonus dan aneka keuntungan. Salahnya, kita justru sering lebih consern untuk mengantar kepergiannya dan menjemput kedatangan tamu yang lain, ‘Idul Fitri.

Nanti, seperti biasanya, kita akan menyaksikan satu fenomena yang salah kaprah, dimana kaum muslimin menyambut ‘Idul Fitri dua puluh hari sebelum ia tiba. Pakaian, makanan dan kue-kue, perbaikan perabot dan cat rumah justru dihadirkan ketika Ramadhan masih dalam masa kunjungan. Bila dihayati, sebetulnya kita telah zhalim, keuntungan yang dibawa Ramadhan dibalas dengan perlakuan sebaliknya, kita bahkan membelakanginya karena aktif dan sibuk mendidik watak duniawi, konsumerisme dan syahwat belanja yang berlebihan.

Ramadhan dan konsumerisme

Konon, kebiasaan menyuburkan syahwat belanja di bulan Ramadhan tidak hanya terjadi di Indonesia. DR. Ahmad asy- Syirbasi dalam buku yasaluunaka fiddiin wa al- hayat, juga Bintul Islam dalam Mashaabih Mudhiiah fii Thariiq al- Marah al- Muslimah menjabarkan bahwa firus konsumerisme Ramadhan ini telah menjangkiti hampir di semua negara-negara Islam di dunia. Bahkan Bintul Islam berani menuturkan, “Umat Islam menghabiskan biaya belanja sebulan Ramadhan sama dengan biaya belanja mereka dalam sebelas bulan selainnya.”

Anjuran para ulama untuk menekan hasrat belanja Ramadhan tampaknya tak cukup efektif karena memang, perputaran uang di bulan ini luar biasa derasnya. Dari hari pertama saja, kita biasa melihat kelainan suasana di kota dan pusat perbelanjaan. Hari hari berikutnya, kota seolah menjadi sungai yang dialiri gelombang lautan manusia yang berbelanja, dan statistikanya dari tahun ketahun cenderung meningkat. Politik dagang yang dilancarkan para pedagang dan para pengusaha dengan cara membanting harga dan memberi diskon gede-gedean juga cukup berhasil dalam menodai kesucian dan keberkahan bulan ini.

Kita yakin, Ramadhan datang untuk mendidik dimensi ruhani umat Islam agar mereka mengenal, menghayati dan mendalami betapa pentingnya menahan diri. Shaum sendiri secara etimologi berarti menahan diri. Maka patron keberhasilan seorang muslim di bulan Ramadhan adalah bagaimana ia bisa mengendalikan dirinya dan menaklukkan nafsunya. Zaman ini adalah zaman yang ditandai kemenangan nilai-nilai materi. Asumsi demikian sepertinya berlaku umum dewasa ini. Maka pertahanan diri yang kuat di zaman sepeti ini akan bisa mendorong penguatan semangat spiritualitas dan ibadah kita sebagai muslim.

Dulu, umat Islam menyambut Ramadhan dengan berbagai target, rencana dan strategi yang semuanya bermuara pada pemuasan nilai-nilai rohani. Kita sering mendengar kabar, para ulama telah membereskan urusan-urusan duniawi mereka --berdagang dan usaha-usaha duniawi lainnya-- beberapa saat sebelum Ramadhan tiba.

Bila Ramadhan tiba, urusan mereka hanyalah untuk mendidik segala sesuatu yang berwarna spiritual. Hati, lidah, mata, telinga dan seluruh anggota badannya mereka tata untuk dijaga. Lalu simbol-simbol spiritualitas mereka data untuk kemudian diakrabi. Simbol-simbol itu adalah mesjid, al- Quran, fakir miskin, halaqah ilmu dan ‘perkakas’ ibadah yang lainnya. Ketika Ramadhan memasuki sepuluh hari terakhir, hari-hari itu mereka jadikan momentum terindah dan kesempatan termahal untuk memuaskan hasrat ibadah dan kemesraan dengan Allah swt. Dan yang lebih mengharukan lagi adalah ketika Ramadhan menyisakan hari-hari terakhirnya, hari-hari terakhir itu betul-betul mengundang tumpahan air mata mereka. Mereka menganggap kenikmatan ibadah di bulan suci ini takan menghampiri mereka lagi di tahun depan.

Bersiap dan berbenah

Layaknya tamu agung, sudah semestinya kita menyambut kedatangan Ramadhan tahun ini dengan persiapan matang. Dan kita punya waktu lebih awal dari biasanya agar bisa membenahi diri, sehingga kegagalan-kegagalan Ramadhan tahun lalu tak terulang di tahun ini.

Begitu banyak gelar yang disandang oleh bulan suci Ramadhan ini. Ia adalah bulan menahan diri (syahr al- shiyam), bulan ibadah (syahr al ‘ibadah), bulannya al- Quran (syahr al- Quran), bulan kesabaran (syahr al- Shabr), bulan pengampunan (syahr al- maghfirah), bulan kebaikan (syahr al- birr) bulan penuh berkah (syahr al- barkah) dan puluhan bahkan ratusan gelar lainnya. Bagi kita, gelar-gelar demikian haruslah dijadikan pemacu dan pemompa berbagai semangat kebaikan kita yang mungkin kemarin-kemarin, bulan-bulan yang lalu terpendam dan tak terpuaskan.

Ramadhan 2008 ini harus bisa mewujudkan target dari berbagai peningkatan; peningkatan ibadah, kebaikan, kesabaran dan kemampuan menahan diri sehingga kita mampu meraih gelar taqwa, gelar tertinggi dari ibadah shaum ini. Amin

*dosen UIN Bandung, dpk pada IAIC Cipasung, juga mengajar di STAI Tasikmalaya

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Followers

arabiyyatuna © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO